Seiring semakin dirasa pentingnya akses informasi, perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat. Informasi semakin cepat mudah untuk diakses. Berbagai moda komunikasi berkembang untuk berusaha meniadakan batas ruang dan waktu. Keterbatasan komunikasi satu arah pun berkembang menjadi komunikasi dua arah dan semakin interaktif.
Perkembangan teknologi informasi dan perkembangan teknologi transportasi sangat membantu pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Konsekuensinya dinamika kehidupan manusia pun semakin cepat dan dinamis. Pekerjaan yang dulu harus memakan waktu 1 bulan kini mungkin bisa dilakukan dalam 1 pekan, 1 hari, atau malah hanya beberapa menit. Jadwal pekerjaan pun menjadi semakin ketat karena setiap orang semakin mudah mengirim pesan, mendistribusikan dan melaporkan pekerjaan, serta semakin mudah untuk menjawab permintaan. Manusia menjadi semakin sibuk karena ritme pekerjaan yang semakin cepat. Tuntutan kecepatan dan kinerja pun semakin tinggi.
Perkembangan teknologi informasi bukan tanpa resiko. Informasi yang datang begitu cepat dan mudah memang membuat jarak menjadi tidak berarti, namun efek sampingnya justru mengurangi waktu orang untuk berinteraksi secara fisik. Waktu luang untuk orang tua berinteraksi dengan anak pun semakin sedikit. Orang menjadi lebih asik berinteraksi dengan gadgetnya dibanding berkomunikasi dengan orang disebelahnya. Empati dalam komunikasi, ekpresi wajah, dan rasa dalam bentuk komunikasi via gadget pun lebih berkembang dibanding kemampuan komunikasi langsung person to person. Dunia teknologi komunikasi seperti dunia maya yang berbeda dari dunia nyata. Orang yang kuper dalam kehidupan nyata bisa saja berubah begitu komunikatif ketika berkomunikasi di dunia maya.
Anak muda sebagai generasi yang dibesarkan bersama perkembangan teknologi informasi kemudian menjadi lebih intuitif menggunakan media komunikasi. Di sisi lain banyak orang tua yang tidak bisa mengikuti ritme perkemangan teknologi informasi. Kemudian terjadilah gap generation antara anak yang begitu progresif menggunakan media dan gadetnya dengan orang tua konvensional dan terjebak pada paradigma "takut rusak" setiap kali menggunakan gadget.
Tentu saja untuk mengurangi gap generation ini orang tua harus mau belajar menggunakan teknologi informasi. Ada beberapa tips untuk mengurangi gap generation ini.
1. Biasakan mengonsumsi teknologi informasi dengan kritis. Jangan membiasakan mengakses konten media komunikasi dengan pikiran kosong. Biasakan untuk mendiskusikan konten media dalam keluarga. Selain mempererat hubungan keluarga, kebiasaan ini dapat mengurangi dampak buruk media. Contohnya ketika orang tua menemani anaknya menonton film kartun. Beritahu anak adegan film kartun mana yang baik dan mana yang buruk. Pastikan juga anda membekali anak bahwa film yang mereka saksikan adalah rekayasa, bukan adegan nyata. Beri pengertian juga apa yang terjadi bila adegan tersebut dilakukan di dunia nyata.
2. Tempatkan televisi, komputer, dan berbagai media lain di ruang publik. Dengan meletakan alat tersebut di tepat seperti ruang keluarga, anda dapat melihat aktivitas akses anak anda. Hal ini dapat mengurangi resiko anak untuk mengakses konten berbahaya. Anda dapat melarang atau mencegah anak untuk mengakses konten berbahaya dengan cepat.
3. Utamakan menggunakan media untuk kegiatan produktif. Anda dapat menggunakan smartphone anda untuk memproduksi film sederhana dengan skenario sederhana dalam membuat konten pendidikan. Atau anda dapat memilih program televisi pendidikan sebagai pendukung proses belajar. Bisa juga anda dampingi anak anda menggunakan internet untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan atau mempublikasi karya yang telah dibuat oleh anak. Dengan demikian anda dapat mengoptimalkan manfaat media yang anda gunakan. Jangan hanya memposisikan media yang anda konsumsi sebagai hiburan.
Dari tips yang ada tadi ada hal yang perlu diperhatikan. Pertama, jangan terlalu dini membiarkan anak untuk mengonsumsi media, sesuaikan dengan usia perkembangannya. Anak usia dini di bawah 3 tahun, sebaiknya tidak diberikan konsumsi media berupa gambar bergerak. Jika anak dibiasakan melihat gambar bergerak, anak akan cepat bosan untuk melihat objek yang tidak bergerak hingga kemampuan konsentrasi dan fokus terhadap suatu hal akan berkurang.
Kedua, jangan terlalu cepat bangga ketika anak mampu mengoperasikan gadget sementara anda tidak mampu menggunakannya. Anda harus khawatir dengan kemampuan anak anda karena anda tidak bisa mengawasi aktivitas anak. Anda juga tidak mampu mencegah anak untuk tidak mengakses konten berbahaya.
Mari selamatkan anak Indonesia mulai dari keluarga.
Adil Quarta Anggoro (Alumni Forum Indonesia Muda)
Divisi Kerjasama dan Pengembangan Wilayah
Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar