Minggu, 08 Desember 2013

Pernyataan Sikap Aliansi Selamatkan Anak Muda Indonesia


Menyikapi maraknya perkembangan isu pro-kontra Pekan Kondom Nasional yang diselenggarakan di Indonesia dalam rangka peringatan hari HIV/AIDS sedunia, Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Muda Indonesia mewujudkan kepedulian dengan mencermati kembali kondisi pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual di Indonesia berdasarkan fakta yang terjadi. Sebelumnya tim ASA Muda Indonesia melakukan penelusuran data dan  informasi terkait isu ini dengan mengonfirmasi langsung ke pihak Kementerian Kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, dan DKT Indonesia sebagai pihak penyelenggara demi menjaga obyektivitas dan validitas data dan informasi serta memahami konstruksi berpikir seluruh pihak secara menyeluruh. Beberapa hal yang dikonfirmasi antara lain mengenai kesepakatan ketiga pihak dalam penyelenggaraan acara ini, peran pemerintah dalam penyelenggaraan acara ini terutama terkait pendanaan dari APBN, serta strategi yang dijalankan pemerintah dalam pencegahan dan penaggulangan HIV/AIDS di Indonesia.
Pihak DKT Indonesia sebagai penyelenggara memberikan keterangan bahwa mereka menyelenggarakan acara ini dalam rangka mendukung misi KPA Nasional untuk mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia. Sebagai produsen kondom, DKT Indonesia melakukannya dengan pendekatan kondom sebagai salah satu cara pencegahan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual. Namun DKT Indonesia meluruskan bahwa tidak ada kondom gratis yang mereka bagi-bagikan kepada masyarakat umum, serta tidak adanya bus Pekan Kondom Nasional yang mengitari kampus terutama Universitas Gajah Mada sebagaimana yang beredar luas di masyarakat.
Pihak KPA Nasional sebagai badan pemerintahan yang bertanggung jawab dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia memberikan penjelasan bahwa acara ini diselenggarakan oleh DKT Indonesia dalam rangka mendukung misi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia yang dilakukan oleh KPA Nasional. Pihak DKT Indonesia merancang penuh rangkaian acaranya dengan sepengetahuan KPA Nasional. Rangkaian acaranya sendiri, seperti yang dilansir dalam siaran pers Pekan Kondom Nasional oleh KPA Nasional dan DKT, diisi dengan berbagai kegiatan seperti konser goyang sutra di Lapangan Kopassus Cijantung, kampanye edukasi di 12 kota besar seluruh Indonesia khususnya di daerah berisiko tinggi, kampanye bis kondom di tempat nongkrong dan kampus Jakarta dengan membagikan materi dan kuis sex IQ yang interaktif, kompetisi penulisan berhadiah ke Brazil untuk jurnalis dan blogger, dan lomba foto dengan tema “Protect Yourself, Protect Your Partner” berhadiah ke Brazil melalui media sosial.
KPA Nasional memberikan dukungannya terhadap DKT Indonesia sebagaimana mereka juga memberikan dukungannya terhadap siapapun yang ikut ambil bagian dalam misi ini dengan pendekatannya masing-masing. Dukungan diberikan tidak dalam bentuk anggaran maupun rancangan  kegiatan. Pemilihan judul acara yang menjadi keberatan bagi masyarakat sendiri tidak dipermasalahkan karena salah satu tujuannya adalah untuk mereduksi sensitivitas masyarakat terhadap kondom sebagai alat kesehatan. Sementara pemilihan ikon tidak dipermasalahkan karena pihak KPA Nasional menghindari sikap diskriminatif terhadap siapapun. Konser goyang sutra tidak mereka permasalahkan karena pendekatan tersebut dinilai tepat untuk sasaran tempat dilaksanakannya, yakni TNI. Menurut KPA Nasional, acara konser ini memang bukan untuk konsumsi publik karena dibuat tertutup bagi masyarakat umum. Mereka juga menambahkan bahwa berdasarkan penelusuran mereka terhadap acara ini di Yogyakarta, pihak DKT Indonesia yang juga melibatkan relawan peduli AIDS Universitas Gajah Mada hanya memberikan edukasi pencegahan HIV/AIDS melalui kampanye ABCD, kesehatan reproduksi, dan pembagian stiker. Sementara untuk anggaran APBN sebesar 25 milyar untuk satu tahun digunakan KPA Nasional dalam delapan tupoksi:
1.      Pengembangan kebijakan
2.      Perencanaan strategis
3.      Dukungan kegiatan dan layanan termasuk rehabilitasi dan edukasi
4.      Kerjasama regional dan internasional
5.      Pengendalian monitoring dan evaluasi
6.      Pengelolaan data dan informasi
7.      Penyebarluasan informasi
8.      Penguatan KPA daerah
dengan anggaran terbesar untuk tupoksi penyebarluasan informasi, pengendalian monitoring dan evaluasi, dan dukungan kegiatan dan layanan. Mereka keyakinkan bahwa strategi pencegahan melalui kampanye penggunaan kondom hanya dilakukan  kepada kelompok berisiko, bukan masyarakat luas, dan strategi tersebut hanyalah salah satu strategi yang dilakukan KPA Nasional di samping strategi lain seperti edukasi, pemeriksaan HIV/AIDS, dan rehabilitasi.
Kementerian Kesehatan melalui pusat komunikasi publiknya memberikan keterangan bahwa mereka tidak terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan acara ini. Acara yang sudah berlangsung sejak tahun 2007 ini memang biasanya mengundang Menteri Kesehatan saat pembukaan, namun pada tahun ini Menteri Kesehatan berhalangan hadir dikarenakan sedang fokus pada hal lain, termasuk Jaminan Kesehatan Nasional yang sedang hangat diperbincangkan.
Sementara itu, kritik dan opini masyarakat menitikberatkan pada tidak adanya keseriusan pemerintah dalam mengupayakan pendidikan karakter, budaya, serta moral yang bisa menjadi kunci pencegahan HIV/AIDS yang lebih tepat melalui sektor hulu. Tingginya angka HIV/AIDS dari transmisi seksual tidak aman atau berganti-ganti pasangan seksual tanpa kondom, yakni sebesar 80% dari keseluruhan kasus, sebenarnya bukan hanya menggambarkan betapa rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengamankan dirinya dari bahaya virus HIV/AIDS dengan kondom (strategi ABCD poin C), melainkan juga dengan setia pada pasangan (strategi ABCD poin B). Kegagalan kampanye strategi ABCD poin B menggambarkan rendahnya pendirian karakter, budaya, dan moral bahkan agama pada masyarakat yang berganti-ganti pasangan.
Masyarakat mensinyalir adanya lepas tangan pemerintah terhadap tanggung jawab ini mengingat belum adanya komitmen pemerintah dalam mengedepankan pendidikan karakter dalam kurikulum serta menjalankan upaya proteksi pada masyarakat, khususnya pada anak dan remaja berkembang, terhadap pornografi dan pornoaksi yang semakin berkembang luas seiring adanya kebebasan berekspresi dan pesatnya teknologi. Selama ini pemerintah juga tampak tidak menggunakan wewenangnya dengan optimal dalam menetapkan aturan arus informasi media serta menyaring konten pornografi dan pornoaksi dalam media cetak, film, atau acara televisi. Penyerahan tanggung jawab upaya hulu – berupa himbauan kepada masyarakat umum, terutama remaja dan usia muda untuk tidak berperilaku berisiko – kepada tokoh agama, pendidik, dan keluarga yang dilakukan oleh pemerintah seperti yang dilansir dalam siaran pers KPA Nasional pada tanggal 2 Desember 2013 memperkuat pendapat tidak adanya strategi hulu yang komprehensif yang digarap oleh pemerintah.
Berdasarkan hasil konfirmasi serta pencermatan tersebut, ASA Muda Indonesia menyimpulkan adanya kegagalan pemerintah dalam pengendalian edukasi peduli HIV/AIDS pada tahun ini serta kebelumefektifan strategi pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan selama ini. Hal ini terlihat dari adanya asimetris informasi yang beredar di masyarakat luas terkait program pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Fakta bahwa kampanye pencegahan HIV/AIDS melalui kondom memicu efek negatif yang besar bagi masyarakat menggambarkan bahwa kampanye pencegahan HIV/AIDS melalui pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual sadar dan bertanggung jawab masih belum berjalan dengan efektif. Pendidikan karakter, budaya, dan moral serta pemahaman agama juga tampak jelas sekali harus segera digarap dengan lebih serius dan komprehensif. Hal ini membutuhkan komitmen penuh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk kembali mengedepankannya bersama orang tua dan guru sebagai pendidik anak secara langsung, serta masyarakat sebagai pembentuk budaya dan penjaga nilai moral dan norma.
Fenomena yang terjadi pada momentum Pekan Kondom Nasional ini menggambarkan tidak sinergisnya pola pikir dan asumsi pemerintah dengan masyarakat. Pemahaman kondom sebagai alat kesehatan yang dapat mencegah penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) memang belum terinternalisasi sepenuhnya di masyarakat. Namun pemerintah juga harus menyadari bahwa penganjuran menggunakan kondom untuk memproteksi diri dari penularan PMS juga berpotensi besar meningkatkan angka berhubungan seks bebas dan berisiko. Kampanye kondom tanpa diimbangi dengan internalisasi nilai moral seks bebas justru akan menggeser cara berpikir masyarakat terhadap seks bebas dan berisiko. Masyarakat umum akan melihat kondom sebagai alasan untuk bebas berhubungan seksual aman tanpa perlu was-was tertular PMS. Fokus kesadaran masyarakat pun bergeser dari “menjaga diri agar tidak berhubungan seks bebas dan berisiko” menjadi “menjaga diri agar tidak tertular PMS saat berhubungan seks (apapun)”. Tentu tugas internalisasi nilai moral ini bukan tergantung pada pemerintah semata, namun pemerintah seyogyanya memastikan internalisasi nilai ini tidak tertinggal dengan mengoptimalkan wewenang dan tugasnya sehingga tidak terjadi pergeseran budaya dan nilai.
Oleh sebab itu, ASA Muda Indonesia mendorong pemerintah untuk melakukan kampanye pendidikan kesehatan reproduksi dan pencegahan HIV/AIDS yang lebih komprehensif, kreatif, dan efektif, mendorong ketegasan pemerintah dalam mengatur regulasi sensor pornografi dan pornoaksi media massa, serta mendorong komitmen pemerintah dalam membuat dan menjalankan kurikulum pendidikan karakter dan moral serta pendidikan kesehatan reproduksi. ASA Muda Indonesia juga mengajak masyarakat untuk secara aktif dan mandiri mengedukasi keluarga dan lingkungannya mengenai pendidikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual sadar dan bertanggung jawab. Untuk menyeimbangkan derasnya arus pornografi dan pornoaksi yang hadir begitu dekat dengan masyarakat seiring dengan kemudahan akses informasi dan adanya kebebasan, ASA Muda Indonesia juga mendorong revitalisasi pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual serta pendidikan karakter dan moral yang masif, inovatif, komprehensif, dan memasyarakat agar kelak menjadi perhatian dan kepedulian masyarakat bersama.
Dengan memahami pola berpikir pemerintah dalam pencegahan HIV/AIDS melalui hilir ini, diharapkan pihak pemerintah juga memahami kekhawatiran masyarakat dengan menyadari konsekuensi logis akibat ketidakberimbangan pencegahan dari hulu dengan hilir sehingga tidak salah fokus dalam bergerak. Saling memahami ini akan mengoptimalkan dan mengefektifkan upaya pencegahan PMS sekaligus menjaga nilai dan budaya bangsa melalui kolaborasi semua pihak.



Kamis, 25 Juli 2013

Melatih Keterampilan Berfikir (Thinking Skill)

Dinamika dunia yang begitu cepat terjadi perubahan menuntut kemampuan berpikir jelas dan efisien. Bisa jadi anak remaja terjerumus ke dunia tidak baik karena tidak melatih kemampuan berpikirnya. Hal ini menuntut para pendidik terutama ayah dan ibu melatih kemampuan anak remaja berpikir lebih baik. Keterampilan berpikir terdiri dari 4 tahap:

1. Knowledge (pengetahuan)

2. Comprehension (pemahaman)

3. Application (penerapan)

4. Analysis (pengulasan)

Setiap tahap berpikir dimulai mulai dari tahap berpikir konkrit menuju tingkat berpikir abstrak. Semakin abstrak maka semakin majemuk tugas otak. Latihlah anak untuk menguasai satu tingkat berpikir dengan jelas dan tepat, sebelum beralih ke tahap berikutnya. Berikut ini adalah tahapan untuk melatih kemampuan berfikir anak.

Tahap I: Knowledge

a. Klasifikasi: mintalah anak untuk melihat persamaan dari benda-benda dan kemudian mengelompokkan benda-benda itu sesuai dengan persamaannya.

b. Membedakan antara yang real (nyata) dan yang make believe (mitos): pada sub-kategori ini anak diminta untuk mencari perbedaan antara makhluk hidup seperti kuda, dan benda yang tidak real misalnya naga. Kuda akan dapat ditemui dalam kehidupan nyata, sedangkan naga hanya terdapat direkaan saja.

c. Membedakan fakta dan opini: mintalah anak untuk menyebutkan dua kalimat, yang satu menggambarkan kondisi satu benda yang dapat dibuktikan dan kalimat lain yang merupakan opini saja.

d. Membedakan definisi dan contoh: mintalah anak membedakan kalimat yang menggambarkan definisi dan kalimat yang menunjukkan contoh.

e. Outlining (menguraikan) dan summarizing (menyimpulkan): mintalah anak membuat outline (uraian) yang di dalamnya digambarkan hal-hal yang penting dan juga yang detil. Sedangkan untuk summary mintalah anak untuk menggambarkan hal yang ada dalam satu bacaan secara singkat.

Tahap II: Comprehension

a. Comparing (membandingkan) dan contrasting (membedakan): mintalah anak untuk menemukan persamaan dan perbedaan antarbenda.

b. Identifying structure (mengenali struktur): mintalah anak untuk membagi satu benda menjadi bagian-bagian kecil. Definisikan benda apa yang dibutuhkan untuk membuatnya menjadi utuh.

c. Steps in a process (langkah-langkah dalam proses): ada hal-hal di dunia ini yang harus dilakukan setahap demi setahap, selangkah demi selangkah, apa langkahnya supaya urutannya benar.

d. Memahami gambar: gambar memberikan makna lebih, maka anak remaja sebaiknya dilatih untuk membaca makna dari sebuah gambar

Tahap III: Application

Ayah ibu membantu anak remaja untuk belajar mengaplikasikan sesuatu yang baru mereka ketahui, yang mereka lihat, dan yang mereka rasakan. Aplikasi tidak lagi bicara soal teori. Aplikasi adalah pelajaran bagi anak remaja bagaimana caranya memadankan teori atau pengetahuan yang ada dengan ketepatan yang ada di kehidupan sehari-hari. Semakin sering anak remaja dilatih, semakin terbiasa anak remaja berpikir tepat, cepat, dan akurat. Sehingga mereka mampu menentukan sikap dalam waktu yang cepat dan tepat.

Tahap IV: Analysis

Sebuah upaya dari ayah ibu untuk mengajak anak dan remaja untuk mau dan mampu untuk menganalisis sesuatu informasi atau kejadian yang ada di dekat mereka. Ketajaman analisis tidak bisa datang tiba-tiba pada anak remaja kita. Mereka membutuhkan latihan yang sering dan banyak. Tak hanya itu, latihan juga membutuhkan konten yang selalu bertambah dan menantang, sesuai dengan perkembangan anak remaja.

Salah satu alat bagi ayah ibu dalam mengasah ketajaman dan kemampuan analisa adalah kekuatan pertanyaan (the power of question) dari ayah dan ibu. Hindarilah respon untuk langsung memberi jawaban untuk pertanyaan anak remaja. Arahkan mereka dengan pertanyaan yang sesuai. Buatlah ranah yang luas dan nyaman bagi anak remaja untuk masuk ke dalam sebuah persoalan dan bereksplorasi dengan kemampuan yang mereka punya.

***

Dikutip dari: Lima Puluh Enam Rahasia Membuat Anak Kuat dari Dampak Negatif Media (Irwan Rinaldi, 2010)

Sabtu, 29 Juni 2013

Media untuk Melatih Kontrol Emosi

Belakangan ini, ada kejadian di sebuah grup whatsapp sekumpulan anak muda dalam sebuah komunitas dimana maleb jadi adminnya. Dinamika di grup itu, bikin Maleb teringat dengan masa muda Maleb yang kata Bang Rhoma masa yang berapi-api.. (*halah, sok tua* :p). Maleb kebetulan cukup dekat dengan orang tua, jadi sering cerita kalau sedang kesal dengan si A atau si B. Mama biasanya cuma respon, "yah gitu doang. Sumbunya pendek nih". Karena tidak mendapat respon yang diinginkan, alhasil punya buku diary deh. Segala macam perasaan ditulis disitu dan cuma kita yg tahu. Belajar jujur dengan diri sendiri, tanpa menyakiti orang lain.

Anak jaman sekarang, dengan segala perkembangan teknologinya, sering kali mudah konfrontatif, reaktif, lebih cepat keluar, lebih baik deh pokoknya. Segala macam emosi bisa dengan cepat dikeluarkan lewat status FB, twitter, atau status BB. Sejatinya semua macam emosi perlu kendali, baik rasa senang, sedih, marah. Kendali emosi diperlukan pada pemilihan ekspresi, kata-kata, kesadaran akan dampaknya, pun pemilihan waktunya. Tips Maleb, jangan terlalu cepat mengeluarkan emosi lewat dunia maya. Endapkan! Kalau sedang sangat senang, sedih, atau marah sekali, jauh-jauh dari gadget. Bawa tidur. Baru bereaksilah esok hari. Outspoken tidak berarti tak terkendali. Bila mudah sensitif dengan kata-kata atau tindakan orang lain atau semacamnya, coba sensitiflah dengan kata-kata sendiri yang dilontarkan.

Apa manfaatnya punya kendali pada emosi? Banyak sekali. Satu keuntungannya adalah kita tidak perlu menyesal karena membuat tindakan yang salah saat emosi kita memuncak. Salah satu yang paling politis adalah punya tabungan keterampilan mengendalikan emosi kalau nanti kita "jadi orang". Orang-orang tidak mudah membaca kita. Semakin sedikit info yang dia tahu tentang emosi kita, semakin sulit kita dikendalikan dan dipermainkan.

Tetapi, bukankah kalau tidak dikeluarkan nanti meledak malah lebih bahaya? Betul, thats why cari media penyaluran yang lain. Diary misalnya. Kalau tidak bisa dengan diary karena haus respon, buat saja account socmed alter ego yang tidak berhubungan dengan real personal account. Nanti kalau sudah lebih mapan self control-nya "pinjam istilahnya @chiacihuy ", none of those needed. Tapi tetap, practice makes perfect. One day, bakal ketawa dan malu sendiri kalau baca-baca lagi rekaman momen masa lampau itu. Tidak masalah, namanya juga proses.

Semua ceracauan ini sebenarnya juga jadi self reminder buat Maleb pribadi. Masih berproses terus, hanya saja dengan masalah yang berbeda. Sekian, dan terima angpaw. Mohon maaf lahir batin. Damai, peace yow!

Maghleb Yudinna
Alumni Forum Indonesia Muda

Rabu, 19 Juni 2013

List Peserta Pelatihan #ASAMuda2013 (fixed)


[PENTING]
List fixed peserta Pelatihan #ASAMuda2013 di Puri Pipit - Puncak, tanggal 22-23 Juni.

Nama                              Universitas/Institusi
Al Razi Izzatul Yazid        Universitas Riau
Annisa Anastasya          Universitas Indonesia
Arby'in Pratiwi                UNSOED (Universitas Jenderal Soedirman)
Armyta Rahardhani        Universitas Indonesia
Cindy Silvia Hadi            Universitas Terbuka
Citrawanti Oktavia         Universitas Indonesia
Desi Fitri                        Universitas Lampung
Dian Marsha Putri         Universitas Sriwijaya
Dini Nurhayati                UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Eka Widyaningtias         UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gevi Arfa                        Universitas Riau
Hadiansyah Ismawan     Universitas Al Azhar Indonesia
Halimah Syofarah          Universitas Persada Indonesia YAI
Hari Nur Permadi           Universitas Trisakti
Indah Yuliana                Institut Teknologi Bandung
Lika Lulu                       Universitas Padjadjaran
Lisvi Naelati Fadlillah    Universitas Muhammadiyah Malang
Miza Alvina                    Universitas Andalas
Nabilah Ikbar Relawan  Telkom Creative Industries School
Nisaul Muthmainah        UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nur'aini Utami Rahmawati  Universitas Indonesia
Pratiwi                           Universitas Indonesia
Qoriatul Hayati              Universitas Lampung
Rismayanti                     UIN SUSKA Riau
Rizka Novia Rohmawati Universitas Negeri Surabaya
Rizqa Hidayati               Universitas Riau
Sarah Azzahrah            Universitas Indonesia
Siti Rodiyah                  Universitas Jenderal Soedirman
Sunardi                         Universitas Al-Asyariah Mandar
Wahyu Ahmad Kautsar Sekolah Tinggi Ilmu Statistik



Beberapa hal yang musti di-take note untuk para peserta:

1. Acara dimulai tanggal 22 Juni jam 9. Peserta wajib datang ke tempat acara sebelum 8:30 pagi.

2. Membawa obat-obatan pribadi, pakaian sopan yang cukup (cek rundown acara), jaket tebal, dan sleeping bag, dan kebutuhan khusus pribadi lainnya mengingat keadaan cuaca di Puncak.

3. Untuk yang mau bareng dari Bogor Sabtu pagi, berkumpul di Stasiun Bogor jam 6:30 pagi. PJ keberangkatan dari Bogor: Fira (085695229885).

4. Peserta yang belom mengisi kontrak kerja relawan harap email ke asamuda.indonesia@gmail.com untuk minta softcopy kontrak.

5. Perubahan perihal kedatangan harap beri tahu CP kami, Gema (083871573728)
6. Perihal kepulangan, bisa dibicarakan nanti setelah sampai di tempat acara. Insyaallah, panitia akan bantu mobilisasi dari Puri Pipit ke simpang Masjid Nurul Huda.

Sampai jumpa di Puri Pipit! :)

Senin, 17 Juni 2013

Rundown Pelatihan #ASAMuda2013 (tentatif)


Sabtu 22 Juni 2013

09.00 –                  Kampanye anti rokok di masjid Desa Mega Mendung (acara terpisah)

09.00 – 10.30      Sejarah ASA Indonesia oleh Pengurus Harian ASA

10.30 – 12.00      Materi: Character Building

12.00 – 13.00      Ishoma

13.00 – 15.00      Materi: Fenomena di Media dan Intervensi Sosial

15.00 – 15.30      Break

15.30 – 16.30      Diskusi: Kegiatan ASA Indonesia di masa depan

16.30 – 17.45      Persiapan untuk acara esok hari

17.45 – 19.30      Ishoma

19.30 – 21.00      Materi: Parenting Dikaitkan dengan Kebijakan Pemerintahan

21.00 – 23.00      Persiapan untuk acara esok hari

  

Minggu, 23 Juni 2013

07.30 – 08.00      Registrasi

08.00 – 08.30      Upacara Bendera

08.30 – 08.45      Pembukaan dan pembagian kelompok kreasi anak

08.45 – 11.00      Kegiatan di kelompok-kelompok umur yang sudah ditentukan

11.00 – 11.30      Kumpul kembali dan menikmati penampilan kelompok

11.30 – 12.00      Penutupan

Sabtu, 15 Juni 2013

Rute Transportasi menuju tempat acara Pelatihan #ASAMuda2013

[PENTING]

Bogor
--> Dari Terminal Baranangsiang
1. Naik mobil colt L300 jurusan Cianjur – Bogor, turun di depan Masjid Jami’ Nurul Huda, Mega Mendung (sebelah kiri jalan).
2. Naik angkot 01 jurusan Baranangsiang – Ciawi, turun di ciawi. Lanjut naik angkot jurusan Cisarua, turun di depan Masjid Jami’ Nurul Huda, Mega Mendung (sebelah kiri jalan).
Estimasi biaya:
- mobil colt L300 = Rp 10.000,-
- angkot 01 = Rp 2.000,-
- angkot Cisarua = Rp 3.000,-

--> Dari Stasiun Bogor
1. Naik angkot 03 jurusan Bubulak – Baranangsiang. Turun di Terminal Baranangsiang dan lanjut seperti rute dari Terminal Baranangsiang diatas.
2. Naik angkot 02 jurusan Bubulak – Sukasari, turun di Pasar Sukasari. Lanjut naik angkot jurusan Cisarua, turun di depan Masjid Jami’ Nurul Huda, Mega Mendung (sebelah kiri jalan).
Estimasi biaya:
- angkot 03 = Rp 2.000,-
- angkot 02 = Rp 2.000,-
- angkot cisarua = Rp 5.000,-

Jakarta
Dari terminal manapun di Jakarta, naik bis jurusan Cianjur/Bandung dan pastikan lewat Puncak!! Turun di depan Masjid Jami’ Nurul Huda, Mega Mendung (sebelah kiri jalan).
Jikalau seandainya bis yang ditumpangi nggak lewat Puncak*, disarankan untuk ke Bogor terlebih dahulu dan mengikuti rute Bogor diatas.

*(siapa tahu untuk menghindari macet atau diberlakukannya jalur satu arah karena weekend)

Bandung
Naik bis jurusan Bogor/Jakarta. Kalau lewat Puncak Turun di depan Masjid Jami’ Nurul Huda, Mega Mendung (sebelah kanan jalan). Kalau lewat Tol Cipularang turun di Jakarta atau Bogor dan silahkan mengikuti rute Bogor dan Jakarta diatas.

Meeting Point kita di Masjid Jami’ Nurul Huda! Ancar-ancernya ada plang besar Unilever learning Center. Silakan hubungin CP (Gema) untuk arrangement transportasi dari simpang masjid ke Puri Pipit.

Bila ada yang ingin berangkat sendiri dari Masjid Jami' Nurul Huda menuju Puri Pipit, silahkan naik ojek atau angkot yang menuju Curug Panjang. Ancer-ancernya teman-teman akan melewati Unilever Learning Center, Pusdik Reserse Kriminal Polri, dan Bank Mega Training Center. Puri Pipit berada kira-kira 500 meter sebelum Curug Panjang, di sebelah kanan jalan.

Selasa, 11 Juni 2013

Mengenalkan Permainan Tradisional (Sunda) pada Si Kecil (Bagian 1)

Kaulinan barudak atau permainan anak masa kini tak bisa kita hindari dari hal yang "berbau elektronika", sebut saja iPad atau tablet. Hal tersebut menurut saya tidak apa-apa selama tidak membuat si anak ketergantungan dan bisa mengambil pelajaran dari permainan yang disuguhkan. Terdapat edukasi untuk perkembangan si anak menurut usianya, seperti belajar warna, bentuk bahkan mengenal huruf dan angka.

Tetapi permainan tradisional pun hendaknya dikenalkan di lingkungan anak-anak agar tidak punah dan si anak mengenal permainan tradisional dari daerahnya. Misalnya memadukan permainan lompat tali dengan lagu-lagu daerah. Terdapat dua keuntungan di sana, si anak berolah raga sekaligus berkesenian dengan lagu daerah, sehingga lagu daerah tidak punah, ada yang melestarikan.

Pada jaman dahulu semua anak perempuan bila bulan Ramadhan tiba mereka membeli bola bekel dan juga kewuk atau kerang, (karena bila Ramadhan anak-anak akan merasa cepat kehausan jadi bila bermain kewuk akan menghemat energi dlm menjalankan puasanya). Dan anak laki-laki biasanya bermain kelereng (tidak menghabiskan banyak tenaga seperti bermain boy-boyan atau benteng-bentengan)

Karena saya orang sunda maka di daerah saya ada yang namanya kaulinan anak.
Contoh:
Permainan "Ambil-ambilan" yaitu permainan anak-anak yang di lagukan di dua rombongan atau kelompok yang berjajar berdepan-depanan, cara menyanyinya (ngawih) bergantian seperti "sisindiran", secara terus menerus sampai ada kelompok yang kalah tidak bisa menjawab.

Caranya: anak yang dipilih oleh rombongan dipanggil namanya, anak yang dipilih nanti pindah ke kelompoknya, pindahnya sambil "éngké-éngkéan" dan diteriaki oleh teman2nya yang ditinggalkannya "maling endog"
Yang kalah menerima hukuman dari yang menang
Begini lagunya (kawihna):

-Ambil-ambilan
turuktuk hayam samantu
+ Saha nu diambil
kami mah teu boga incu
- Si Anu kadieu
purah nutu purah ngéjo
purah ngasakan baligo
+ Nyerieun sukuna
kacugak ku kaliagé
- Aya ubarna urat munding campur ragé
tiguling nyocolan dagé.
[1]

Lagu lainnya (Kawih lianna) :

-Ambil-ambilan
turuktuk hayam samantu
+ Saha nu diambil,
kami mah teu boga incu
boga gé anak pahatu
- Pahatu gé daék
purah nutu purah ngéjo
purah ngasakan baligo
+ Nyerieun sukuna
kacugak ku kaliagé
- Aya ubarna urat munding campur ragé
tiguling nyocolan dagé
.

Ada juga "anjang-anjangan" dimana ada yang berperan sebagai ibu, bapa, anak, bermain rumah tanggaan hukumannya bila ada yang tidak bisa melakukan perannya maka "dipoyokan".

Gina Rahmalia Ginandjar (Alumni Forum Indonesia Muda)

Sabtu, 25 Mei 2013

Pendidikan Kebudayaan, Kearifan Lokal, dan Kebudayaan Nasional

Perkembangan teknologi informasi membuka gerbang kepada setiap orang untuk dapat mengenal produk budaya dari manapun. Tidak perlu pergi ke Amerika untuk hanya melihat patung Liberty atau Whitehouse. Tidak perlu ke Eropa hanya untuk melihat menara Eifel di Perancis atau Menara Pisa di Italia. Tidak perlu ke Cina hanya untuk melihat Great Wall atau ke Thailand hanya untuk melihat Angkorwat. Gambar-gambar itu dengan mudah didapat berkat teknologi informasi yang memperpendek dimensi ruang dan waktu.

Orang kemudian beramai-ramai memasarkan produk budayanya. Amerika Serikat membangun Hollywood sebagai sarana memasarkan produk budayanya. Demikian juga India dengan Bollywood. Jepang, Cina, dan Korea pun tidak ketinggalan dengan strategi pemasaran budaya yang relatif sama yaitu serial drama, musik, dan cinema. Semua itu mendukung pemasaran produk-produk mereka seperti alat elektronik, alat rumah tangga, makanan, dan otomotif. Infiltrasi budaya ini mempengaruhi selera masyarakat.

Produk budaya itu kemudian membanjiri media sebagai produk perkembangan teknologi informasi. Hampir tidak ada bagian dunia yang terpapar oleh media tidak mengenal apa itu film Hollywood, Bollywood, atau K-Pop. Masyarakat dunia seperti tersihir dan terdorong untuk meniru gaya artis atau tokoh yang bermain dalam produk budaya tersebut. Tidak heran banyak anak yang ingin mengidentikan dirinya dengan Naruto, Dora, Ipin-Upin, atau Khrisna. Infiltrasi budaya sepertinya adalah bentuk imperialisme modern.

Serbuan budaya asing ini perlahan-lahan menggerus kedekatan masyarakat Indonesia dengan budaya dan kearifan lokal. Anak kemudian lebih asik bermain dengan konsul seperti Playstation, X-Box, PSP, dan sebagainya. Atau gadget seperti komputer jinjing, ponsel, atau tablet. Produk ini menggeser posisi layangan, engrang, kelereng, atau gasing. Serbuan budaya ini juga membuat anak juga lebih mengenal dan menikmati hiphop, rock, beat box, shuffle dance, atau break dance. Di lain sisi, semakin langka anak yang mengenal dan menikmati lagu-lagu serta tarian daerah yang etnik dan khas di setiap daerah.

Hakekatnya bukan sebatas mengenal permainan, lagu, atau tarian daerah tapi meresapi kearifan lokal yang tumbuh selama bertahun-tahun di daerah tersebut. Contoh paling nyata adalah penduduk pulau Simeuleu yang seluruhnya selamat dari bencana tsunami yang memakan ratusan ribu korban jiwa dari Aceh, Thailand, sampai Srilangka. Ternyata penduduk Simeuleu memiliki kearifan lokal untuk pergi ke atas bukit ketika terjadi gempa. Jelas kearifan lokal ini muncul dari keinsyafan penduduk Simeuleu terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Penduduk Simeuleu paham dengan kondisi geografis Indonesia dengan "lingkaran api" dan patahan yang berpotensi gempa juga menyimpan potensi tsunami.

Dari sini saya ingin menyampaikan bahwa pendidikan kebudayaan adalah bekal untuk menyelamatkan bangsa ini. Budaya dan rasa keindahan yang dibangun bertahun-tahun lamanya membawa kearifan bangsa ini untuk bisa bersahabat dengan alam Indonesia yang punya potensi bencana. Dengan mengembangkan kearifan lokal bangsa ini menjadi kebudayaan nasional kita bisa membangun dan menyelamatkan anak-anak kita di masa depan. Bukan hanya menyelamatkan bangsa Indonesia dari bencana alam tapi juga menjadi antitesis permasalahan ekonomi dan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia.

Adil Quarta Anggoro (Alumni Forum Indonesia Muda)
Divisi Kerjasama dan Pengembangan Wilayah
Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi

Menjadikan Anak Aktif, Kreatif, Produktif, dan Bergembira

Anak sehat sering kali sangat aktif. Jika anda pernah mengasuh anak-anak usia dibawah 10 tahun saya yakin ada pernah merasakannya. Ia bisa saja berlari, melompat, dan bermain sepanjang hari tanpa terlihat merasa lelah. Seringkali dalam mengasuh anak kita harus ikut berlari dan bermain bersama mereka. Kadang sampai kita heran, lelah, bosan, dan merasa kesal dengan aktifnya mereka beraktivitas tanpa mengenal lelah. Anak juga bisa asyik sendiri dan melakukannya berulang-ulang ketika memainkan benda sederhana. Itulah dunia anak-anak, dunia petualangan dan imajinasi. Itulah saat mereka bertualang dalam imajinasi mereka.

Imajinasi anak adalah modal yang penting bagi anak-anak. Berbekal imajinasi, anak berkreasi dalam pikiran mereka. Mereka menciptakan benda, tokoh, cerita, gambar, dan berbagai hal di benak mereka. Anak bisa saja berfikir hal yang tidak lazim terjadi lalu membuat karya yang luar biasa, namun tentu itu hanya ada di benak mereka. Imajinasi tersebut adalah modal dasar membuat anak manjadi aktif juga kreatif, produktif, dan tetap bergembira.

Imajinasi ini bisa kita gunakan sebagai landasan untuk menyalurkan kecenderungan anak yang aktif menjadi sebuah karya. Kita bisa ajak mereka bermain menceritakan imajinasi mereka atau menggambar benda-benda yang ada di imajinasi mereka. Ajak mereka merekam saat mereka bermain imajinasi melalui tulisan, gambar atau foto, rekaman video, ataupun rekaman audio. Kenali kecenderungan mereka untuk membuat kreasi dari imajinasi mereka. Biarkan mereka menyaksikan atau mendengar karya mereka lalu motivasi lagi anak untuk membuat lagi.

Pandulah anak mengenal cara untuk membuat karya yang lebih baik. Apresiasi setiap karya mereka lalu beri kritik yang lembut pada bagian-bagian yang perlu diperbaiki. Sesekali kita bisa berikan contoh karya yang baik. Hal ini bisa kita lakukan agar anak mendapatkan referensi hasil karya yang baik. Perlahan-lahan anak akan berkembang menghasilkan karya yang semakin baik. Ulangi sampai anak terbiasa dengan kegiatan ini.

Untuk anak yang semakin dewasa, berikan motivasi dan fasilitas untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mereka. Karya anak sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman mereka. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan, mereka akan semakin baik dalam mengekspresikannya karya yang mereka buat. Tentunya jika kegiatan ini terpola dengan baik anak akan terbiasa lalu memproduksi karyanya dengan gembira.

Karya anak bisa juga menjadi sarana mereka dalam berekspresi. Biarkan anak mengidentifikasi perasaanya lalu salurkan emosi itu dalam karya mereka. Pandulah anak dalam menuangkan ekspresi ke dalam karya mereka. Dengan begitu anak akan membiasakan diri untuk menyampaikan pendapatnya dalam bentuk karya kepada anda. Tentu saja respon kita dalam menyikapi ekspresi mereka menjadi penting.

Namun ada hal yang perlu diperhatikan. Pertama, anak cenderung meniru apa yang telah ia lihat atau ia dengar. Anak meniru segala tindakan yang mereka saksikan dan alami. Maka jadilah teladan yang baik. Pengaruh televisi, video dan media lainnya juga menjadi referensi anak untuk beraktivitas. Anak dengan cepat mampu meniru gestur, perkataan, sikap, selera, cara berpakaian, dan tingkah laku objek yang ia lihat. Pastikan juga mereka terhindar dari materi-materi berbahaya seperti kekerasan dan pornografi baik dalam bentuk visual, audio, teks, atau perpaduannya. Libatkan lingkungan sekitar untuk turut berpartisipasi menciptakan lingkungan yang positif bagi anak.

Kedua, jauhkan benda-benda yang berbahaya. Benda tajam, benda keras, undakan yang tinggi, jalan raya, benda beracun bisa melukai dan berbahaya bagi anak. Benda-benda kecil berbahaya yang dapat ditelan anak sebaiknya diawasi dan jangan sampai tertelan oleh anak. Pada lingkungan yang aman bagi anak, kita bisa lebih leluasa melakukan eksplorasi imajinasi anak ke dalam bentuk karya.

Ketiga, beri koreksi dan pemahaman dengan lembut pada tindakan anak yang berbahaya. Anak bisa saja melempar alat gambar dengan keras. Anak juga bisa berkelahi, memukul saat bermain bersama ketika berimajinasi. Cegah dan berilah koreksi untuk tidak lagi mengulangi hal-hal yang berbahaya tersebut.

Setelah menghindari anak dari hal kita bisa lebih tenang untuk mengajak anak berkarya. Mari kita bantu anak kita menjadi generasi yang aktif, kreatif, produktif, dan bergembira.

Adil Quarta Anggoro (Alumni Forum Indonesia Muda)
Divisi Kerjasama dan Pengembangan Wilayah
Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi

Jumat, 17 Mei 2013

Media dan Anak

Seiring semakin dirasa pentingnya akses informasi, perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat. Informasi semakin cepat mudah untuk diakses. Berbagai moda komunikasi berkembang untuk berusaha meniadakan batas ruang dan waktu. Keterbatasan komunikasi satu arah pun berkembang menjadi komunikasi dua arah dan semakin interaktif.

Perkembangan teknologi informasi dan perkembangan teknologi transportasi sangat membantu pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Konsekuensinya dinamika kehidupan manusia pun semakin cepat dan dinamis. Pekerjaan yang dulu harus memakan waktu 1 bulan kini mungkin bisa dilakukan dalam 1 pekan, 1 hari, atau malah hanya beberapa menit. Jadwal pekerjaan pun menjadi semakin ketat karena setiap orang semakin mudah mengirim pesan, mendistribusikan dan melaporkan pekerjaan, serta semakin mudah untuk menjawab permintaan. Manusia menjadi semakin sibuk karena ritme pekerjaan yang semakin cepat. Tuntutan kecepatan dan kinerja pun semakin tinggi.

Perkembangan teknologi informasi bukan tanpa resiko. Informasi yang datang begitu cepat dan mudah memang membuat jarak menjadi tidak berarti, namun efek sampingnya justru mengurangi waktu orang untuk berinteraksi secara fisik. Waktu luang untuk orang tua berinteraksi dengan anak pun semakin sedikit. Orang menjadi lebih asik berinteraksi dengan gadgetnya dibanding berkomunikasi dengan orang disebelahnya. Empati dalam komunikasi, ekpresi wajah, dan rasa dalam bentuk komunikasi via gadget pun lebih berkembang dibanding kemampuan komunikasi langsung person to person. Dunia teknologi komunikasi seperti dunia maya yang berbeda dari dunia nyata. Orang yang kuper dalam kehidupan nyata bisa saja berubah begitu komunikatif ketika berkomunikasi di dunia maya.

Anak muda sebagai generasi yang dibesarkan bersama perkembangan teknologi informasi kemudian menjadi lebih intuitif menggunakan media komunikasi. Di sisi lain banyak orang tua yang tidak bisa mengikuti ritme perkemangan teknologi informasi. Kemudian terjadilah gap generation antara anak yang begitu progresif menggunakan media dan gadetnya dengan orang tua konvensional dan terjebak pada paradigma "takut rusak" setiap kali menggunakan gadget.

Tentu saja untuk mengurangi gap generation ini orang tua harus mau belajar menggunakan teknologi informasi. Ada beberapa tips untuk mengurangi gap generation ini.

1. Biasakan mengonsumsi teknologi informasi dengan kritis. Jangan membiasakan mengakses konten media komunikasi dengan pikiran kosong. Biasakan untuk mendiskusikan konten media dalam keluarga. Selain mempererat hubungan keluarga, kebiasaan ini dapat mengurangi dampak buruk media. Contohnya ketika orang tua menemani anaknya menonton film kartun. Beritahu anak adegan film kartun mana yang baik dan mana yang buruk. Pastikan juga anda membekali anak bahwa film yang mereka saksikan adalah rekayasa, bukan adegan nyata. Beri pengertian juga apa yang terjadi bila adegan tersebut dilakukan di dunia nyata.

2. Tempatkan televisi, komputer, dan berbagai media lain di ruang publik. Dengan meletakan alat tersebut di tepat seperti ruang keluarga, anda dapat melihat aktivitas akses anak anda. Hal ini dapat mengurangi resiko anak untuk mengakses konten berbahaya. Anda dapat melarang atau mencegah anak untuk mengakses konten berbahaya dengan cepat.

3. Utamakan menggunakan media untuk kegiatan produktif. Anda dapat menggunakan smartphone anda untuk memproduksi film sederhana dengan skenario sederhana dalam membuat konten pendidikan. Atau anda dapat memilih program televisi pendidikan sebagai pendukung proses belajar. Bisa juga anda dampingi anak anda menggunakan internet untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan atau mempublikasi karya yang telah dibuat oleh anak. Dengan demikian anda dapat mengoptimalkan manfaat media yang anda gunakan. Jangan hanya memposisikan media yang anda konsumsi sebagai hiburan.

Dari tips yang ada tadi ada hal yang perlu diperhatikan. Pertama, jangan terlalu dini membiarkan anak untuk mengonsumsi media, sesuaikan dengan usia perkembangannya. Anak usia dini di bawah 3 tahun, sebaiknya tidak diberikan konsumsi media berupa gambar bergerak. Jika anak dibiasakan melihat gambar bergerak, anak akan cepat bosan untuk melihat objek yang tidak bergerak hingga kemampuan konsentrasi dan fokus terhadap suatu hal akan berkurang.

Kedua, jangan terlalu cepat bangga ketika anak mampu mengoperasikan gadget sementara anda tidak mampu menggunakannya. Anda harus khawatir dengan kemampuan anak anda karena anda tidak bisa mengawasi aktivitas anak. Anda juga tidak mampu mencegah anak untuk tidak mengakses konten berbahaya.

Mari selamatkan anak Indonesia mulai dari keluarga.

Adil Quarta Anggoro (Alumni Forum Indonesia Muda)
Divisi Kerjasama dan Pengembangan Wilayah
Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi