Selasa, 11 Juni 2013

Mengenalkan Permainan Tradisional (Sunda) pada Si Kecil (Bagian 1)

Kaulinan barudak atau permainan anak masa kini tak bisa kita hindari dari hal yang "berbau elektronika", sebut saja iPad atau tablet. Hal tersebut menurut saya tidak apa-apa selama tidak membuat si anak ketergantungan dan bisa mengambil pelajaran dari permainan yang disuguhkan. Terdapat edukasi untuk perkembangan si anak menurut usianya, seperti belajar warna, bentuk bahkan mengenal huruf dan angka.

Tetapi permainan tradisional pun hendaknya dikenalkan di lingkungan anak-anak agar tidak punah dan si anak mengenal permainan tradisional dari daerahnya. Misalnya memadukan permainan lompat tali dengan lagu-lagu daerah. Terdapat dua keuntungan di sana, si anak berolah raga sekaligus berkesenian dengan lagu daerah, sehingga lagu daerah tidak punah, ada yang melestarikan.

Pada jaman dahulu semua anak perempuan bila bulan Ramadhan tiba mereka membeli bola bekel dan juga kewuk atau kerang, (karena bila Ramadhan anak-anak akan merasa cepat kehausan jadi bila bermain kewuk akan menghemat energi dlm menjalankan puasanya). Dan anak laki-laki biasanya bermain kelereng (tidak menghabiskan banyak tenaga seperti bermain boy-boyan atau benteng-bentengan)

Karena saya orang sunda maka di daerah saya ada yang namanya kaulinan anak.
Contoh:
Permainan "Ambil-ambilan" yaitu permainan anak-anak yang di lagukan di dua rombongan atau kelompok yang berjajar berdepan-depanan, cara menyanyinya (ngawih) bergantian seperti "sisindiran", secara terus menerus sampai ada kelompok yang kalah tidak bisa menjawab.

Caranya: anak yang dipilih oleh rombongan dipanggil namanya, anak yang dipilih nanti pindah ke kelompoknya, pindahnya sambil "éngké-éngkéan" dan diteriaki oleh teman2nya yang ditinggalkannya "maling endog"
Yang kalah menerima hukuman dari yang menang
Begini lagunya (kawihna):

-Ambil-ambilan
turuktuk hayam samantu
+ Saha nu diambil
kami mah teu boga incu
- Si Anu kadieu
purah nutu purah ngéjo
purah ngasakan baligo
+ Nyerieun sukuna
kacugak ku kaliagé
- Aya ubarna urat munding campur ragé
tiguling nyocolan dagé.
[1]

Lagu lainnya (Kawih lianna) :

-Ambil-ambilan
turuktuk hayam samantu
+ Saha nu diambil,
kami mah teu boga incu
boga gé anak pahatu
- Pahatu gé daék
purah nutu purah ngéjo
purah ngasakan baligo
+ Nyerieun sukuna
kacugak ku kaliagé
- Aya ubarna urat munding campur ragé
tiguling nyocolan dagé
.

Ada juga "anjang-anjangan" dimana ada yang berperan sebagai ibu, bapa, anak, bermain rumah tanggaan hukumannya bila ada yang tidak bisa melakukan perannya maka "dipoyokan".

Gina Rahmalia Ginandjar (Alumni Forum Indonesia Muda)

Tidak ada komentar: