Jumat, 18 Juni 2010

Pornografi: Pencuri Masa Depan Anak Negri

Oleh: Tatty Elmir

Sebut saja namanya Gagah, anak laki-laki yang baru saja memasuki masa akil baligh itu tiba-tiba kesetanan. Seorang adis cilik tetangganya ( sebut saja si Mungil ) ia sekap dan berusaha memperkosanya. Jelas gadis itu meronta, dan membuat si Gagah kian kesetanan. Entah raja setan mana yang membisikkan, tiba-tiba ia dapat ide baru, mengambil batu besar yang ada di dekat situ dan menghantamkannya ke kepala si mungil yang tak bersalah itu. Setelah mungil pingsan, maka Gagah dengan tenang menggagahi malaikat cilik nan malang itu. Baru setelah hasratnya terlampiaskan, Gagah menyadari bahaya yang mengancam, tatkala menyadari kepala Mungil telah bersimbah darah. Karena panik Gagah melanjutkan aksi gilanya dengan menyiram mungil dengan minyak tanah dan membakarnya hidup-hidup. Tahukah anda penyebab Gagah kesetanan ? tak lain dan tak bukan karena mengkonsumsi PORNOGRAFI. Sejak itu Gagah mengubur masa depannya di balik jeruji besi dan dinginnya tembok penjara.


Testimoni Gagah ini direkam tahun 2006 di LP Anak Tangerang oleh rekan kami Mark Sungkar ( wakil ketua devisi Humas dan Media ASA Indonesia ). Pertanyaan kita: Adilkah jika hanya Gagah yang dihukum ? Bukankah ia hanya seorang dari begitu banyak anak-anak korban pornografi yang bergelimpangan di balik jeruji besi ? sementara pornografernya merdeka berkeliaran hidup mewah di luar sana, dan mungkin pula bintang pelakon video porno yang menjebaknya itu masih hidup bebas bergelimang puja-puji dan dianugerahi award ini itu.
Sungguh ironis, menyakitkan dan menciderai rasa adil kita !.

*****

Hiruk pikuk pemberitaan menyoal video mesum yang diperankan oleh mereka yang diduga sebagai pesohor Ariel, Luna Maya dan Cut Tari, selain membawa kita pada jeritan masyarakat akan bobroknya nilai-nilai, tetapi sekaligus juga menghadirkan komentar kontra dengan menyuarakan ” Oh ini kan masalah privat, HAM ” dan seterusnya.

Jadi inikah wujud demokrasi, dan hak azazi di negeri tercinta ini ?

Negeri yang keberadaannya gigih diperjuangkan dengan bersimbah darah dan air mata oleh para pahlawannya ini, dalam perjalanan awalnya bersepakat dibangun dengan pilar dasar Pancasila. Format nilai-nilai dasar kepribadian bangsa ini telah pula mencantumkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertamanya ini. Namun apa yang terjadi?, kian hari kini nilai-nilai yang dikumandangkan kian jauh dari cita-cita mulia para pendahulu. Pancasila tinggallah sebagai simbol yang arti dan maknanya telah dilencengkan ke mana-mana, jauuuh panggang dari api !

Manisnya apel demokrasi buah dari reformasi yang sejak tahun 1998 digulirkan, semua sudah kita nikmati. Namun ternyata sekaligus juga menyisakan ulat-ulat busuk di balik manis apel itu.

Kekhawatiran banyak orang ketika angin reformasi bertiup dengan kencang pasca lengsernya presiden Suharto juga terbukti sudah. Bahwa euforia reformasi ini akan ditandai dengan ditabuhnya genderang liberalisasi media sekeras-kerasnya. Dan seketika akan ada penyelinap yang memanfaatkan kesempatan. Dialah kapitalis yang berdiri di belakang industri pornografi yang dengan segala kelicikannya mengemas dengan berbagai label yang memukau, menyaru, dengan media sebagai tunggangan. Lelehan keuntungan sekitar 12,7 milyar USD membutakan mata ( Menurut data world porn 2009 ). Mereka dengan sigap akan membelit dengan ganasnya laksana gurita raksasa. Tentakelnya antara lain, internet, media cetak, televisi, handphone, film layar lebar di bioskop maupun yang dicetak di dalam kepingan VCD/DVD. Mereka saling bahu membahu dalam suatu gerakan tanpa bentuk, namun sangat nyata !

Saat ini bukan hanya kepingan VCD/DVD porno yang begitu murah ( 2 ribu/keping ), namun juga begitu banyak media cetak dijajakan di jalan-jalan, di depan sekolah bahkan ! Sebagian besar memuat gambar-gambar porno dan iklan wanita panggilan dengan begitu gamblangnya !

Anak-anak teramat mudah terpapar dengan pornografi tanpa disengaja. Misalnya ketika disuruh oleh bapak dan ibu guru mereka mencari data di internet tentang binatang tertentu misalnya. Olala, setelah diklik dua kali, ternyata yang terbentang di layar adalah gambar-gambar yang sangat tidak layak moral dan menciderai perkembangan kejiwaan anak.

Jangan heran jika kini kita menuai banyak kepahitan, seperti kenyataan tingginya angka perkosaan yang dilakukan anak-anak ( usia di bawah 18 tahun ) Data dari Lembaga Pemasyarakatan Tangerang sudah beberapa tahun terakhir menunjukkan, kejahatan seksual yang dipicu oleh pornografi menduduki peringkat ke-dua tertinggi setelah kasus narkoba, sementara di Bandung menduduki peringkat pertama. Lapas Anak Kutoarjo yang selama ini nyaris tak terdengar, 100 % anak yang tersandung kasus pencabulan dan pelecehan seksual dari 45 % penghuninya, mengaku diprovokasi pornografi. Hasil survey ASA Indonesia di beberapa kota besar di Indonesia, 100 % pelajar SMP-SMU sudah terpapar pornografi. Bahkan beberapa di antaranya mengaku bahwa mereka mengenal pornografi sejak TK. Astaghfirullah.

Kita sungguh terhenyak menyaksikan berita-berita di televisi, hampir setiap hari selalu saja dikabarkan adanya kasus perkosaan yang melibatkan anak. Mereka tidak saja sebagai korban tapi juga pelaku. Lihat saja kasus di Rumbai Pekan Baru, dua pasang remaja SMP setelah menonton video biru bareng kemudian melakukan pesta seks dan menonton kembali. Mungkin karena meniru adegan di film itu tiba-tiba mereka kompak menghadang dan menyekap bocah cilik usia sekolah dasar. 2 remaja putri yang sedang kerasukan setan itu melucuti semua pakaian si anak kemudian mereka memegang bocah-bocah tak berdosa itu sedang remaja putra pacar mereka memperkosanya. Di Sumedang, Kupang bahkan di seluruh penjuru tanah air kasus serupa sudah pernah terjadi. Dalam setiap perjalanan kami mensosilisasikan bahaya pornografi dan seks bebas, dari Aceh sampai Papua, senantiasi kami memperoleh testimoni dan cerita baru seputar kasus-kasus yang membuat hati luka. Pemicunya ? lagi-lagi tontonan porno.

Para relawan ASA muda yang mengadakan pendampingan masa pubertas untuk pelajar mulai SD hingga SMU bahkan anak-anak jalanan, diberondong oleh pertanyaan yang tidak lagi menyangkut masalah perubahan beberapa organ tubuh akan tetapi pertanyaan-pertanyaan yang mengekspresikan keterpaparan mereka terhadap pornografi. Termasuk curhat-curhatan mereka yang membuat dada gemetaran.

Temuan konselor remaja Yayasan Kita dan Buah hati ( sebuah LSM yang ikut mendirikan ASA Indonesia ) justru beroleh hasil yang lebih mencengangkan. Ketika tulisan anak-anak itu masih berantakan dan belum lurus begitu, lihatlah pertanyaan mereka ternyata sudah sedemikian bengkoknya, semisal:

” Bagaimana cara ’ngesex’ yang baik ?”

” Berapa kali seminggu dalam melakukan seks ? ”

” Puaskan memakai alat kontrasepsi ? ”

” Bagaimana memasukkan penis yang baik dan benar ? ”…

” Bagaimana melayani cewek yang gila seks ? ”

Hasil pantauan para konselor remaja dan relawan pemuda tersebut menemukan, bocah-bocah sekolah dasar ini bukan hanya mengakses gambar-gambar perempuan telanjang, namun sudah menjamah hardcore porn berupa gambar bergerak adegan persetubuhan antara laki-laki dengan wanita, sesama jenis, bahkan dengan binatang.

Coba, bagaimana tidak membuat kita terhenyak, terutama bagi mereka yang pekerjaannya terlibat langsung dengan mereka, seperti yang dituturkan Dewi Inong Irara ketua divisi kesehatan ASA Indonesia yang merupakan dokter spesialis penyakit kulit/kelamin. Dr Inong kerap mendapatkan anak-anak di bawah umur sudah terkena penyakit kelamin. Orang tua mana yang tidak mengusap dada, mendapatkan anak-anak mereka yang pergi sekolah masih dimandikan, diolesi minyak kayu putih perut dan dadanya, ternyata sudah harus berurusan dengan dukun aborsi, dokter spesialis kelamin atau aparat penegak hukum karena tersandung materi porno.

Pornografi adalah kejahatan, 

BUKAN hiburan.

Semoga masyarakat menyadari, mewaspadai

dan saling mengingatkan, 

sebelum anak, cucu dan keluarga sendiri 

yang menjadi korban berikutnya !!!

Picture taken from here






Tidak ada komentar: